![]() |
Serah terima secara simbolis antara Ibu Dewi Haroen dan TB.Gramedia |
Minggu siang, 6 April, 2014, Ibu Dewi Haroen yang sebelumnya
dikenal sebagai Wita Haroen, Psikolog, Trainer,
dan Motivator Lulusan Fakultas Psikologi UI, Staf Pengajar di Trisakti School of Management, Pendiri
AMALIA Psychology Consulting &
Training Center yang bergerak di bidang Psikologi dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia mengumpulkan para wartawan, blogger, dan berbagai nara sumber
untuk menggugah kesadaran para politisi terutama yang sedang bertarung pada pemilihan
anggota legislatif dan pemilihan presiden 2014.
Tidak tanggung-tanggung, nara sumber yang diundangnya adalah
Ketua Umum MUI Prof Dr Din M Syamsuddin, Guru Besar Psikologi Politik UI Prof
Dr Hamdi Muluk, dan musisi yang kini juga merangkap sebagai politisi Dwiki
Darmawan. Acara tersebut juga diperkuat dengan moderator yang juga sudah malang
melintang di dunia politik, Alivin Lie.
![]() |
Para narasumber dari kiri ke kanan: Ibu Dewi Haroen, Din Syamsudin, Hamdi Muluk, Dwiki Darmawan ditemani moderator Alvin Lie (paling kanan) |
Bertempat di Function
Room Toko Buku Gramedia Matraman, Ibu Dewi Haroen memaparkan tentang
pentingnya “Personal Branding” bagi para politisi. Menurutnya, personal
branding tidak bisa instan, mesti melalui proses terus-menerus yang
berkesinambungan atau dikenal dengan atau rekam jejak.
Mengganti nama merupakan salah satu teknik dalam personal
branding, seperti yang telah dilakukan Ibu Dewi. Dengan mengganti nama, kesan
seseorang tentang kita pun berubah.
Pada peluncuran Buku “Personal
Branding” (Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik) di tempat tersebut, Pak
Din menyatakan bahwa personal branding
adalah hal yang sangat alamiah karena manusia memiliki kecenderungan untuk
menonjolkan dirinya dan bisa menjadi kunci sukses karena bisa bisa merebut hati
masyarakat.
Para Blogger serius menyimak paparan tentang
"Personal Branding" dari narasumber
|
Personal branding terbentuk dari sikap kita sehari-hari dan kesan orang sekitar
tentang diri kita. “Personal branding yang berhasil adalah jika orang-orang
sudah bercerita tentang orang tertentu dengan narasi yang baik,” jelas Pak Hamdi.
Namun sering kali media terlalu sering menggembar-gemborkan
kebaikan seseorang tanpa menceritakan kejelekannya. “Dan ketika masyarakat
mengetahui keburukan tokoh tersebut, personal branding manipulatif dari media
justru menjadi boomerang baginya. Penyebab kehancuran personal branding adalah tidak terwujudnya janji-janji seorang
politisi yang diumbarkan saat kampanye,” jelas Pak Din.
“Untuk membendung ‘tipuan’ media, kita bisa mengenali siapa
sebenarnya seseorang melalui karakternya”, jelas Pak Hamdi dalam acara tersebut.
Selain itu, branding juga bisa dilihat melalui karya dan prestasi. Branding yang terbentuk dari rekam jejak akan jauh lebih
kuat dan lebih mengena pada masyarakat ketimbang branding manipulatif dari
media.
Dan untuk seorang politisi, agar memiliki personal branding yang baik, mesti
memiliki kemampuan memimpin, kemampuan memilih rekan kerja atau tim yang tepat,
kemampuan menciptkan budaya yang baik, serta tidak mudah dikendalikan oleh
orang lain alias mempunyai prinsip yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar